a Life's Story

I used to think that it's a blessing that I can remember (most of it anyway) what people has said to me. Be it good, be it bad, I remember. I remember the tiny, little details, or sometimes the bigger picture; it depends. I don't really choose what I want to remember, I just do. And that is mostly why, I remember what the lessons are about when the teacher are really teaching. The other kids will say its boring, but that is when my brain takes in everything. That's why it's a blessing. Rather than a curse. I remember when I was so full of unfulfilled revenge, of the negative things that got stuck in my head. Of the nasty things that people said to me, when I was just a child, when I was just a teenager looking for myself (still do, in fact). They affected me the most. They shaped the me, the me about four years ago. I still remember the exact words that had literally killed me inside (pardon the drama,) the words that I kept to myself for years. Years. Almost ten year

Why does this has to be now? I mean, can't you wait another couple of months before you started feeling all mushy, all lost of motivation and drive? Why now? Come on, this is not the time to dawdle. This is not the time to be thinking, "why have I done wrong?" This is not the time to succumb to all that negative thoughts. No! Come on, just a little bit more to go. Just a little bit more suffering, and then you'll see that all of this is worth it. Worth your everything, even. Come on, make someone proud.

My pace varies from time to time. Keep up. Slow down. Let's take a break. But never stopping. Go on, continue forward. Keep moving. And if you can't stay alongside with me, I won't open that door for you. You have to do it yourself. Because in the end, this is the place that I wanted to be.

Malu dengan diri sendiri. Sangat-sangat. Selama hidup, memang tidak pandai dan tidak tahu, tetapi digagahkan juga hendak mencuba. Malu yang teramat. Mungkin lepas ini tiada lagi percubaan.

Yang dulu, sebahagian jadi kenyataan selepas dua, tiga bulan. Harapnya yang kali ini hanya mainan tidur, dan tak akan jadi kenyataan selepas dua, tiga tahun pula. Nauzubillahiminzalik. p/s Tapi akhirnya, kita hanya mampu merancang, Tuhan juga yang pegang segalanya. Wallahu'alam.

Sebab lebih banyak susah daripada senang, aku risau satu hari nanti bila kita toleh ke belakang, dan terdetik, "semua ini tidak berbaloi." Ya, aku risau. Bukan pada aku tidak berbaloi, pada kau. Mampukah kau untuk terus optimis, pandang ke hadapan dan berkata, "semua ini ibarat angan-angan jadi kenyataan?" P/s Emo. Over gila nak emo start daripada benda paling kecil.

While it may sound too early, or too alien to someone like me, yes, I meant that as getting attached to another, not in the sense of doing something. Honestly, I'm a little too late in updating. A part of me is tired of work, another is still feeling faraway, because I still remember telling everyone about not getting attached (married, ehem) to anyone. Everyone around me is so excited that I'm confused as to why am I not getting any feelings out of this. And even after almost two weeks since the day, (when I say late, I mean that late,) I'm starting to get annoyed by the people that were joking about the fact that I'm engaged. No offense to dearest to-be, but really, we're not officially together, we're just letting our families know that we are going to get together anytime soon, which is not a guarantee of the future. Okay, that sounds like I really don't want to get engaged. Seriously, it doesn't matter. I'm not the kind of girl who dre

For a few days already. Nothing new, same old, same old. Still studying, still working, part time. But I'm taking yet another step forward, another risk that can never be calculated. Well, where's the fun without a little bit of risk, right? The truth is, I don't know whether I'm that ready to be an adult. But the truth is, I'm legally an adult, and is no longer what anyone would want to call a child. I just want to stay like this, forever. Can I stop at being 24? p/s Next week is the week. One of the biggest life event of mine.

Happy birthday, love. What? Of course, I love you still, and insya Allah, I'll love you always. Through the ups and downs, thick and thin. May the coming years be your best years. Happy 29th, love.  😘

Bagaimana kita hendak menilai adil? Adakah sama rata itu adil? Adakah dengan membalas balik satu-satu perbuatan itu adil? Bila ditanya bagaimana hendak menjadi adil dalam keputusan, kita sering kali mengukur adil daripada perspektif kita sendiri. "Aku rasa, kalau aku buat setakat yang aku mampu, lebih adil daripada aku berdiam diri," Soalnya, adakah dengan sekadar mengambil tindakan itu adil? Adilkah kita pada ibu bapa kita? Adilkah kita kepada keluarga? Adilkah kita kepada kawan, rakan sekerja? Adilkah kita kepada orang yang kebetulan beratur di belakang kita ketika kita sedang memandu? "Hari ni, aku penat. Aku tak larat nak bawak kereta elok-elok," "Hari ni, mood tak baik, kena marah dengan bos. Kalau anak-anak tak reti diam, nanti aku naikkan tangan," Dan 1001 lagi dialog, untuk menjustifikasi "adil". Adil pada mata siapa? Kita memang bukan Tuhan, kita tidak mampu untuk jadi adil sepenuhnya. Bagaimana orang lain hendak m

If you want to know, ask away. I'm not that secretive, really. Even if some things are supposed to be kept in the dark, I have my ways of talking to people without letting you know exactly what I meant. And that is what I meant when I said, it's never easy to understand me.

Aku tidak pernah minta orang lain untuk faham rasional aku. Sebab aku sendiri tahu, mana ada manusia lain yang sanggup mengasing dan menyusun satu-satu buah fikiran dan perasaan, supaya tidak bercampur-aduk. Bukan mudah hendak dilaksanakan, dan kalau kau tidak mengerti, tak usah pertikaikan keputusan aku. Kau bukan sesiapa pada aku. Jumpa pun tidak pernah. Sekadar berkongsi pengalaman lepas, yang aku sudah dengar dan lihat sendiri, bagi aku tidak perlu. Siapa yang kau cuba tipu? Diri sendiri? Aku yakin dengan keputusan aku. Tapi kau? Semua yang keluar daripada mulut kau seperti semuanya tiada cacat-cela. Sepertinya kau minta maaf kepada diri sendiri, kerana bukan kau yang ada di tempat aku sekarang. Walaupun untuk berdiri di tempat sekarang bukan sesuatu yang orang lain mahukan, tapi aku tahu, itulah kau inginkan selama ini. Yang kau kejar selama ini. Terus-menerus menipu diri, terus-menerus menjadi seteru. Untuk apa? Allah tu Maha Adil. Mungkin hari ini, aku sakit. Mung

Kita mungkin jadi bodoh sebab percaya, kita mungkin jadi bodoh sebab sayang. Tapi kita jadi lagi bodoh bila kita tipu orang yang sayang dan percaya kita hanya sebab mahu seronok yang sementara.

Trust has been wayyyy (!) on the negative side since last week. Faith is looking at every opportunity to be gone. Even now. Expect questions. Lots. Just to make sure of anything and everything, of course.

Duit boleh cari, barang boleh tukar, bini boleh ganti. Tapi bukan mak ayah kita yang besarkan kita daripada kecil sampai dah boleh berdikari. Mak ayah mungkin tak faham, mungkin tak tahu. Kita yang kena bagi tahu, kena cakap elok-elok. Kalau sebab kita dah ada kerja sendiri kita dah pandai tengking mak kita sebab tegur kita, jangan tanya kenapa hidup kita tak tenang, hidup kita tak tenteram. Sebab redha mak ayah tak ada. Buka mata, sedar diri. Takkan sebab bercanggah pendapat, sampai nak ditengking? Sedih hati mak ayah yang jaga kita, bila anak yang dah dibagi cukup makan pakai, ilmu agama sudah pandai mengherdik. Kalau tak sayang, dia tak marah. Kalau tak sayang, dia tak membebel. Kalau mak ayah tak ada, takkan kita ada kat sini.  Kalau mak ayah dah tak ada nanti, baru nak menyesal ke?

You can get mad at me for expressing my feelings. But have you considered mine when you expressed yours?

You know what is pathetic? Pathetic is when you are ready to move on and put the past behind you. Ready to start anew, excited to find out what will happen in the future. But it seems like you're the only one moving, while the rest still wanted to bury themselves in the past, lying about moving on, lying about a fresh start, lying about forgive and forget. Now that is pathetic. How the hell can you forget? You cannot. And that is okay. It is okay, as long as you do not drag your present with your past. They are of different entity, different being altogether. When you lied, to be nice, you are going to hurt more than you are being nice. When you lied, so you can have a way from your past, you cannot blame the present for being angry. Because you are only one who is all wrapped up in the cocoon of the past, unwilling to leave. What the hell have you done after all these years? P/s No plurals, really.

Jenuh tengok news feed, scroll Instagram pulak. Dah puas tengok awek ni seksi sangat, lepas ni boleh beli kasut ni, pegi check timeline pulak. Dah bosan kutuk dalam hati kata orang ni takde life, orang ni kena belajar manage time, post kat Wechat pulak. Apa, beratus, beribu orang yang di-friend/ follow tu mampu bayar gaji kau? Tadah telinga bila kau mengadu susah? Suapkan kau makan bila kau sakit? Bergolok gadai untuk tolong kau? Ada di sebelah, through thick and thin, sekali pun kerjanya hanya komen dan membetulkan segala silap kau sehingga kau rasa tiada betul dimatanya? Untuk apa peduli. Orang ini, yang sering ada di sebelah selalu terlepas pandang. Yang jauh, yang sementara itu tampak lebih menarik. Ya, yang jauh, yang sementara buat kau senyum, buat kau ketawa, tetapi mereka belum tentu mahu berada di sebelah di saat susah. Mungkin itu sebab kita lupa, sebab yang sementara itu yang seronok, dan kita manusia, hanya mahu ingat yang seronok saja. P/s Ingatlah orang

Then? Nangis jela sampai keluar darah terus.

Kalau jentik sedikit sudah lari mencicit, bagaimana agaknya kalau ada yang angkat tangan dan kaki kemudian hari?

Call me weird, but I usually don't mind when people are venting their anger and frustration at me. Most of the closest people do this to me, and frankly, I don't take it too hard. Although I don't forget their snide remarks on my always-rude-jokes, but I see what kind of situation these people are in, which makes me be a little bit understanding. Provided that I see why you're mad in the first place though. Unless you're a girl, with that time of the month, everytime you vent your frustration at me, just do me a favour; tell me what makes you upset. Just so I won't hold a grudge on you for the next half a decade, literally. p/s Entah dibacanya ke tak. Kalau ye, ingat ni tau.

"Kau kena ingat, kalau kau nak ada relationship yang baik dengan orang lain, kau kena faham setiap kita ni ada kurang dan lebihnya. Yang kurangnya mungkin buat kau benci, yang lebihnya mungkin buat kau cemburu. Tapi jangan lupa, sebab kau sendiri punya kurang dan lebih yang mungkin orang lain tidak mampu terima," Ya, kurang aku dan kurang kau mungkin tidak sama sehingga aku sendiri tertanya-tanya kenapa kau masih ada, dan aku tidak angkat kaki. Tetapi mungkin kerana kita cuba telan yang kurang walaupun pahit, kerana yang lebih sudah mengatasi segalanya. p/s Dialog di atas bersifat universal, dan boleh diguna pakai untuk mana-mana bentuk hubungan daripada profesional sehingga yang rapat. Wallahu'alam.

Apa lagi aku boleh buat kalau bukan dengar? Mungkin aku takkan faham, mungkin aku tak tahu, mungkin aku tak mampu membantu. Tapi, kurang-kurangnya aku mampu mendengar. Kalau ada yang lain aku mampu, awal lagi sudah terlaksana, insya Allah.

Jujur aku katakan, kalau ditanya aku tidak menyesal untuk ambil keputusan, sudahkah berfikir panjang, jawapan aku: menyesal, sedikit. Berfikir panjang? Hampir tidak. Mungkin kerana perkara lain kalau difikirkan, masih boleh dijangka hasilnya. Masih boleh diteka apa yang akan terjadi. Kerana perkara lain, lebih bersifat objektif. Ya? Tidak? Jawapan dalam bentuk boleh diukur. Mungkin itu sebabnya. Tetapi, untuk sesuatu yang sangat abstrak, aku hanya mampu berkata, kalau hendak difikirkan penyesalan di kemudian hari, mungkin selamanya aku begini. Mungkin selamanya tiada kemajuan dalam hidup itu sendiri. Jawapan dan jangkaan sangat abstrak, sangat subjektif, sehinggakan tiada yang betul, mahu pun yang salah. Risiko. Memang benar. Tetapi bukankah risiko yang membuka peluang? Yang membuka mata? Keputusan sudah dibuat, dan insya Allah, semuanya baik sahaja.

Well, if it isn't my duty to annoy you, then who should? And annoying you is what I do best, after all. 🐽🐻

Nak menipu tu agak-agak la. Benda bodoh pun kau nak tipu apahal? Kalau aku ni setakat serkap jarang je kau boleh la nak bising, ni ada bukti. Siapa yang bodoh ni?

Zaman sekarang ni, berapa banyak hantaran, berapa ramai tetamu, berapa besar majlis ke yang tentukan kita bahagia lepas kahwin nanti?

Tidak salah rasanya kalau kau tidak mampu untuk lupa. Tidak salah juga kalau kau masih teringat, masih terkenang. Yang salah, kau terlalu teringat, sampai lupa yang sekarang. Yang salah, bila kau dahulukan  yang dulu daripada yang sekarang. Yang salah, kalau kau masih ingat, dan kau sering mencanang, sampai lupa, yang sekarang sudah terluka hati.

I still have faith, despite losing the trust. But no matter what, I still wonder if this is worth it.

Time flies. It has been a month. And the truth? I don't believe a single word you've told me since that day.

Nak tipu, tipu la. Tapi jangan orang tau. Sebab kalau benda remeh pun kena tipu, apa lagi benda penting kan? Bosan la asyik kantoi menipu je.

Well, that is something new. As much as I know that I'm such an imperfect person, I don't really like to think about what I don't have. Or rather, I really don't give a damn about what others have that I don't, because well, I may have something that they don't. Really, it used to be that simple. That God is fair in His way. That what I have, who I am, is enough for me, and that is all that really matters. That He will only give me what I need, not what I want. That He knows better. Never before I feel this inferior to someone. True, someone else is smarter, someone else is better looking, but I don't care about that. This time, regardless of what I have done, what I have given, I still feel like it's not enough. That I can never do enough, give enough. It's crazy, but I'm already at my limits. That I don't know what else I should do, what else to feel just to be rid of this insecurity. It hurts. Someone else is much better.

Same dream, same situation, different people. I like dreamless sleep better.

I miss you.

Kau mahu orang jaga hati kau, ikut kehendak kau. Tapi, ada kau sendiri cuba untuk jaga hati orang lain?

Having ideals are exactly like having dreams. They are not real; not yet anyway. Ideal here means that there is world peace. There is no military dispute, no killing, no crimes. A peaceful world. No fights, no petty squabbles over something so trivial. None of that bullshit.  But no, this is real world. Welcome to the real life. Where everything that I have mentioned above, is happening. All around us. Some even go unpunished. Most of it, really.  Perhaps, if there is world peace, then things will be easier. Maybe there will be no upturned faces, sarcastic remarks, and hikikomori people. People who spend hours online, only to read blogs (ehem,) and taking everything to their heart, spilling it for strangers to see. What I'm saying is, people seems to find inner peace with online provocation. I really, really don't get it. Sure, we condemn people, we argue with them all the time, but to get worked up over something trivial with a complete, total stranger? What,

When it was so chaotic for over a week. I know the chaos is still there, but is suppressed somehow. I really don't have the heart to ask for the answer, and going in circles trying to understand them, if I managed to get any. And to think that the answer might not be something I wanted to hear... Well, let's just stay this way. I'm not one to ignore things, and pretend nothing is happening. I hate that kind of thing. Usually, I'd rather be crying and getting angry as long as I can get it done and over with. But not this time, not this one. I wonder why. Although it's now empty, there is this heavy feeling of keeping things unsettled. I hate it. It's like I'm carrying extra luggage all the time, and it's slowing me down. But then again, I can't bring myself to even talk about it, without losing control and getting angry unnecessarily.  Oh well. Sometimes even I wanted to run away from reality.

Tiga tahun sudah, aku berubah dengan drastik. Apa yang buat aku jadi begitu, aku sendiri tidak pasti. Bukannya aku ada kawan baru, suasana baru. Tapi, aku sedar sendiri, aku lagi mudah hendak luahkan apa yang selama ini aku simpan sendiri. Mungkin aku sudah happy, mungkin dua tahun sudah cukup untuk aku terima orang lain. Mungkin. Aku sendiri tidak faham. Aku runsing, aku asyik bertanya, 'siapa aku?' Aku perhatikan, ada juga yang boleh terima kegilaan aku. Mereka tidak pernah faham logik akal aku, logik aku berfikir. Tidak mengapa, aku tahu masing-masing punya cara berbeza, dan tiada seorang pun yang faham cara aku. Biarkan. Mereka tidak tahu, tidak mengapa. Tetapi, aku masih juga yang dulu. Yang tidak tahu meluahkan semua. Walaupun orang selalu kata aku terlalu jujur, tetapi mereka tidak pernah lihat air mata aku. Tidak pernah. Faham jauh sekali. Tidak mengapa. Aku jadi tidak peduli. Mungkin, aku sudah tahu siapa aku sebenarnya. Mungkin, aku mahu berubah, tetapi masih

Penat dah fikir. Sampai stress, migraine, bad mood semua ada. Silap dia, sebab fikir apa yang mungkin akan jadi. Silap dia, kerana tidak mahu simpan harapan, semua yang keluar semua yang negatif. Macam mana tidak stress, tidak migraine? Belum pasti, belum ada penutup yang jelas. Petunjuk, kata-kata sindiran tidak cukup jelas. Tidak cukup untuk menggantikan noktah. Konon-kononnya berfikir benda yang paling teruk sebab hendak bersedia. Sediakan hati dan fikiran untuk jadi lagi terbuka. Bukan sekali, banyak kali. Tapi masih juga tidak sanggup bila realiti datang, dan tanpa salam, terus menghadiahkan penampar. Katanya, memang mustahil hendak bersedia dengan semua realiti hidup. Tetapi aku benci dengan benda yang tidak pasti. Aku benci risiko yang aku sendiri tidak dapat pastikan kesannya. Aku benci. Kalau boleh, aku mahu tahu semua risiko, sebelum ambil keputusan. Macam sekarang. Hampir lima tahun dulu, aku ambil keputusan yang banyak risiko. Aku redha, aku terima. Aku tahu, aku b

Selalunya, benda yang buat kau jadi gila mengarut tu jugak la benda yang boleh buat kau betul balik. Selalunya la.

When all seems lost, how can you question about who you should turn to? Nevertheless, life do seems to have a lot more improvement with you around. Happy Eid Mubarak!

"Mind your own business," Whatever happened to "there's no secret between us"? Once upon a happier time, it seems that all those words were just lies. And it turned out that way because of my own doing. My fault. My mistake. Why should I blame someone for something that I have brought upon myself? The weak me, is breaking into pieces. All those dreams that I wish would become reality, become just a dream. And it's all my fault. My mistake. To think that you're the only one to see that crazy part of me, to gain knowledge of my deepest secret, I was wrong. It was a mistake. My fault. When you were down, I was there. Now I wonder who can pick me up from the mess I have thrown myself into? My fault. My mistake. All mine. Just me alone.

"Do you still need me around?" "Ye ah," I swear that is the craziest, funniest answer, but it brought me to tears still. Weird relationship is weird.

Kadang-kadang aku tak pasti jika kau sudah berubah. Kadang-kadang aku rasa, aku yang berbeza. Kadang-kadang aku rasa, tanpa jarak, semuanya akan jadi lebih baik. Mungkin.

It feels like it was just yesterday, we were hanging out, talking about random stuff, and laughing at the silliest things. It feels like having fun was simply a phone call away, and a glass of iced tea. It feels like everyone is moving too fast, is forgetting how life should be more fun, how friends should be the ones that you depended on, not taken advantage from. Really, it feels like it was just yesterday. And I really thought that we were friends. You know, friends that have shared laughter and tears, friends that are there when you just have nothing to do, and friends that are always there to pick you up after each fall. I guess you can get up by yourself now, so it doesn't matter if you don't have friends anymore. I don't know. Maybe. p/s I've never asked for anything in return, for what I've done. And honestly, all I did was listen and tried to talk you out from doing something that will make you miserable anyway. Have fun.

Menyirap ni, menyirap. Apahal aku nak bengang sebab ni pun, aku tak faham. Bukan kena kat aku pun, bukan orang yang kena tu kenal aku pun, tapi aku tetap juga bengang. Tapi, kalau nak diikutkan, aku memang cukup tak suka orang ambil kesempatan. Walaupun orang yang kena tu aku cukup tak suka. Aku bayangkan, (kalau kawan aku yang buat pasal la,) dia kena balik, baru dia tahu tinggi rendah langit tu. Mungkin juga aku tak nak tengok kawan aku sakit. Mungkin. Tapi, macam mana ikhlas pun orang tu baik dengan kau, apa hak kau nak ambil kesempatan kat dia? Mungkin dia kata dia tak kisah, tapi kau pernah dengar etika tak? Etika ni bukan undang-undang pun, tapi benda ni la yang tunjuk kau ni siapa sebenarnya. Kau rasa, kau guna orang tu, kau ambil kesempatan atas kebaikan dia kat kau, walaupun dia tak kisah, berkat tu ada ke? Tak ke kau rasa yang kau ni sangat la busuk hati? Sampai hati gunakan orang yang ikhlas nak tolong kau, baik dengan kau, tapi kau buat macam tu. Tak ada rasa malu

I honestly believed that I'm not as strong as my words to others; written or verbally. I like to at least appear as strong in front of others, because I know that asking random people to go out of their way to help me is a bit too much. I can't expect people to be there all the time, so I honestly think that it's okay for me to put up a strong facade. Really, I can't solve a lot of problems at once. I can't give answers to every questions all at once. I can't. I have this little trick; trick that took me years to master. A trick that will make you stronger, more focused even when you are at your lowest point of your life. Here's the metaphor. I have a lot of assignments. Every assignments, is placed in its respective drawer for each subject. When I have time, I took out one assignment at a time, and tried to finish it. When I can't, I'll put it back into the drawer, take another assignment, after making sure I've set a reminder for the half-fin

Jujur cakap, aku tak kisah nak dengar masalah orang. Jujur cakap, kalau kau tak perlu nasihat, dan aku nampak kau boleh selesaikan masalah kau, aku boleh dengar dan tutup mulut. Jujur cakap, aku tak adalah pandai sangat nak nasihat orang; cakap lepas je apa yang aku rasa. Ada je benda yang aku tak boleh buat. Eh, aku pun manusia, macam kau. Ada banyak lagi benda aku tak tau, cuma mungkin benda yang aku tak tau, kau tak ambil peduli. Benda yang kau peduli, semuanya aku tau. Mungkinlah. Aku pun tahu apa rasanya sakit bila ada masalah. Aku pun tahu macam mana serabut. Aku pun tahu macam mana rasa ego, tak nak ada orang tolong aku. Mestilah aku tahu, semua tu asam garam jadi manusia, kan? Kalau kau datang, minta nasihat dekat aku, aku bagi ikut apa yang aku pernah kena sendiri, atau nampak orang lain buat. Kalau aku tak pernah hadap satu-satu situasi tu, aku pun tak berani nak cakap apa-apa. Mungkin masa tu masa aku diam dan cuma mendengar. Kau tahu kenapa manusia luahkan

Tuhan ciptakan kita tidak sempurna. Tuhan ciptakan kita serba serbi kurang, supaya kita ingat siapa yang kita patut cari ketika sakit dan sihat, susah dan senang. Kita senang, kita ingat Tuhan. Kita ucap terima kasih kepada Tuhan. Kita susah, kita mengadu pada Tuhan. Minta kekuatan, minta jalan. Tuhan dengar semua masalah kita. Tuhan nampak apa yang kita lalui. Tuhan faham, bila tiada langsung manusia di sebelah kita. Tuhan faham. Yang selalunya tidak faham, adalah kita sendiri. Tidak nampak hikmah, sudah mula salahkan Tuhan. Sedangkan Dia punya perancangan yang jauh lebih baik daripada kita. Jangan salahkan Tuhan. Dia mendengar, pasti Dia tolong. Cuma kita manusia, kadang-kadang kita terlepas pandang pertolongan Tuhan. Cara Dia halus, tanpa kita sedar. Mana mungkin Tuhan biarkan kita sendiri. Kita sendiri kita mati. Mungkin Tuhan simpankan seorang manusia, yang kita sendiri tidak pernah kenal untuk tolong kita. Mungkin, orang yang kita benci nampak kesusahan kita dan mahu tolong k

Bukan mudah hendak menyusun satu-persatu segala fikiran dalam kepala. Bukan mudah untuk terus bekerja sedangkan kepala sudah berat. Bukan mudah untuk memahami. Tiada yang mudah pun. 

"Untunglah boleh park kereta kat atas," Haah, untunglah bila naik turun tangga kena pegang kalau tak boleh tersungkur. Untunglah tengah jalan macam biasa tiba-tiba kaki tak boleh tampung berat sendiri. Untunglah bila kaki sakit malam-malam tertidur sambil nangis. Untunglah terpaksa senyum je padahal kaki dah tak larat nak melangkah setapak pun. Untunglah orang cakap aku mengada-ngada tak boleh nak buat macam-macam sebab aku tau kaki aku tak boleh tahan. Untunglah jadi spoiled brat pergi mana-mana pun kena hantar sampai depan pintu sebab tak larat. Untung gila kan? p/s Lupa nak cakap terima kasih banyak-banyak kat FKPM UiTM Shah Alam.

I know that I say and do a lot of cryptic things; things that are beyond me sometimes. But with you, you don't question anything, you simply went with the flow of mood I was in. For staying there when you can't even understand anything; thank you. For trying to calm me down when you don't even know what is wrong; thank you. For being patient over all the tantrums I've thrown; thank you. And the last, yet one of the most important: thank you for accepting me the way I am. Thank you, ♥.

Sabar pun, jika disimpan sekian lama, kalau tidak mengamuk, paling tidak mengalir juga air mata. Sebab perkataan yang dikeluarkan ikut rasa, tanpa peduli hati orang yang mendengar. Hendak mengadu, terlalu peribadi, ibarat buka pekung di dada sendiri. Untuk apa aibkan diri sendiri? Biarlah, sabar masih ada. Pedulikan sahaja air mata yang tumpah, penat menahan sebak selama ini. Kalau betul salah, tidak mengapa. Ini tidak. Yang salah dibiarkan, yang sudah berusaha itu diperlekeh. Dunia mana pernah adil, bukan? Berdoa sahajalah semuanya akan berubah menjadi lebih baik nanti. p/s: Cermin diri sendiri dahulu, baru boleh sibuk menuding salah orang lain.

Mudah benar hati berubah rasa, hanya apabila bertemu yang lain. Sedangkan yang lama masih setia, tetapi ditolaknya mentah-mentah. Yang lama masih menunggu, yang dikejar kini sudah bosan dan sudah meneruskan perjalanan; mengapa masih memperbodoh diri mengejar yang sudah tidak sudi? Tidak salah simpan perasaan, tidak salah hendak mengharap, tetapi jangan sampai nampak benar terdesaknya sehingga dihina yang dikejar. p/s Maruah di mana, tertinggal di kampung?

Four days, three nights stay. It was awesome. I was craving for a short getaway and despite the lack of activity during my holiday, I still feel bad for having to go back and face reality. I didn't do much sightseeing and taking photos (is not really into cam-whoring,) but I spent some good quality time with friends, and that is all I ever needed. Bought a lot of chocolates, ate a lot, and didn't want to do what most tourists do when they are in Langkawi so I went for a movie instead.  Honestly, I planned this by myself. But I happened to meet four "stranded travellers" who planned for a camp in Cameron Highland, but ended up in Langkawi. They were on a super tight budget, but are blessed with kind locals, who gave them lots of free food. I really love the view of the sea during the day, and the sky at night where they are camped. It was a private beach, but it's a pretty beach. Talking about random things, looked at the sky and seeing all the stars..

Macam-macam manusia ni. Pening kepala aku nak layan satu-satu. Baru layan, belum lagi nak puaskan hati semua orang. Kalau boleh, tentu sahaja kehendak semuanya hendak dipenuhi. Untuk apa mencipta musuh, menambah seteru; hanya kerana pendapat dan citarasa yang berbeza? Mulut orang memang tidak boleh ditutup. Sedangkan mulut sendiri lagi masih lancar menutur jahat orang lain, apa lagi manusia lain yang kita tidak mampu fahami pemikirannya. Kita sering mengharap orang lain untuk menyebut hanya yang terbaik mengenai kita, sedangkan kita sendiri tidak memberi yang terbaik untuk mereka. Salah siapa jika orang mengata di belakang? Salah orang kerana tidak tahu untuk menutup mulut? Sedangkan kita sendiri maklum, fitrah kebanyakan manusia suka berbicara mengenai orang lain. Jadi mengapa kita sendiri yang memberikan "bahan" untuk mereka mengata di belakang? Biarlah jika manusia mahu mengata. Tiada di dunia yang sempurna sifatnya, dan kita pasti tidak akan terlepas daripada melakukan

Penat asyik kena nangis je. Tapi selain daripada tunggu respons lepas dah hamburkan semua, apa lagi aku boleh buat selain daripada nangis?